Selasa, 24 September 2013

bab 1

BAB 1. PENDAHULUAN

            Pada bab 1 ini yaitu pendahuluan berisi tentang latar belakang diadakannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang masing-masing tertuang secara eksplisit dalam subbab tersendiri. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut.

1.1  Latar Belakang
Fisika merupakan mata pelajaran yang memerlukan pemahaman konsep yang dititik beratkan pada proses terbentuknya pengetahuan melalui penemuan, penyajian data secara matematis dan berdasarkan aturan tertentu. Ilmu fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bersifat empiris, artinya setiap hal yang dipelajari dalam fisika didasarkan pada hasil pengematan tentang gejala alam dan femnomena-fenomena yang berkaitan dengan alam. Fenomena alam inilah yang kemudian memungkinkan terjadinya penelitian dengan percobaan, pengukuran dan penyajian secara matematis berdasarkan peraturan umum ( Druxes, 1986:3). Fisika merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperiment, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Hakikat fisika adalah pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori, yang berlaku secara universal (Trianto, 2012:137). Sehingga untuk menguasai ilmu IPA khususnya fisika tidak cukup hanya diperoleh dengan cara belajar dari buku atau sekedar mendengarkan pelajaran dari pihak lain.
Sampai saat ini persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khusunya pendidikan menengah. Hal ini didasarkan pada hasil temuan di tahun 1999 oleh The Third Internasional Mathematics And Science Study (TIMSS) terhadap kemampuan fisika siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia diketahui bahwa masih rendahnya mutu pendidikan fisika siswa SMP di Indonesia yang ditunjukkan dengan berada pada urutan ke-32 dari 38 negara peserta (Harry, 2008). Dan data dari hasil penelitian oleh The Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2006 yang menunjukkan bahwa aspek ketrampilan sains siswa Indonesia masih rendah (OECD, 2007). Studi yang sama tahun 2007 menempatkan prestasi sains siswa Indonesia pada urutan ke-35 dari 48 negara peserta (Adi,2013). Demikian juga hasil pendidikan fisika di Indonesia sampai saat sekarang masih dapat dikatakan rendah hal ini tercermin dari data PUSPENDIK, 2011/2012 mengungkap bahwa rata-rata nilai ujian nasional mata pelajaran fisika tingkat nasional lebih rendah daripada mata pelajaran lainnya dan menjadi bahan perhatian dari segala pihak.
Widyasari (dalam Solahudin, 2012), menyatakan bahwa ada dua factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri peserta didik antara lain sikap, motivasi, minat dan kemampuan berfikir. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar disri siswa, diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan, sarana kelas, dan lain-lain. Salah satu faktor eksternal yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) didominasi oleh guru, yaitu melalui ceramah-ceramahnya, guru menyampaikan sejumlah informasi/materi pembelajaran yang sudah disusun secara sistematis (Gora dan Sunarto, 2012:2). Oleh karena itu, dalam pembelajarannya, guru fisika dituntut untuk mampu berbuat lebih, mengorganisasikan pembelajaran sehingga pada akhirnya hakekat dari pembelajaran fisika sebagai produk dan sebagai proses dapat terwujud. Maka diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang melibatkan adanya suatu kegiatan proses untuk menghasilkan produk tersebut.
Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat meningkatkan pengetahuan baru yang diperolehnya, selain itu dapat meningkatkan hasil belajar dan ketrampilan proses sains siswa (Subagyo et al, 2009:61). Ada beberapa jenis pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan jenis pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam mempelajari mata pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2005:4). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa adalah model group investigation. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (Rahmawati, 2012)
Belajar kooperatif dengan teknik Group Investigation (GI) sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintergrasi, yangmengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memcahkan suatu masalah (Slavin dalam Rusman, 2012:213). Model pembelajaran Group Investigation mendukung siswa bersikap ilmiah dan melatih siswa melakukan metode ilmiah. Model pembelajaran ini mendekati langkah-langkah para ilmuwan menemukan konsep fisika. Dengan model ini siswa diberi kesempatan untuk bersikap ilmiah dengan mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, terbuka, tekun, dan teliti (Istikomah et al. 2010). Model group invesgation merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya. Jadi dalam pembelajaran group investigation, selain dapat menambah wawasan siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi juga dapat melatih kreativitas siswa untuk menemukan konsep dari investigasi yang mereka lakukan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses belajar dan hasil belajar fisika siswa yang selama ini adanya dominasi guru atau pembelajaran yang berpusat pada guru.
Pemahaman konsep fisika tidak hanya hasilnya saja yang diutamakan tetapi proses mendapatkan konsep sangat penting untuk membangun pengetahuan siswa. Siswa perlu berinteraksi secara langsung dengan obyek-obyek yang kongkret, karena fisika bukan hanya teori-teori saja. Maka perlu suatu basis pembelajaran yang menekankan pada aktivitas ilmiah siswa untuk menguasai konep-konsep fisika. Pembelajaran berbasis observasi gejala fisis layak digunakan dalam pembelajaran fisika karena sesuai dengan hakekat pembelajaran sains. Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan gejala-gejala alam, sehingga dengan pembelajaran berbasis observasi gejala fisis sebelum melakukan investigasi (penemuan) suatu konsep fisika melalui percobaan di laboratorium, siswa mengobservasi secara langsung masalah yang akan dicari penyelesaiannya (Dahniar, 2006). Melalui observasi ini, para siswa dihadapkan pada situasi kongkrit tentang gejala fisis yang memungkinkan terjadinya pertentangan antara pemikiran siswa dengan gejala fisis yang teramati, gejala semacam ini mengakibatkan konflik kognitif pada diri siswa. Pada keadaan demikian maka mereka melakukan akomodasi untuk membentuk keseimbangan antara struktur intelektual atau pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru (Kadim dalam Kamdi et al. 2007:117). Sehingga siswa tidak diharuskan terpaku pada konsep yang sedang diajarkan melainkan siswa dapat mengaitkan kosep-konseplain yang sesuai dengan materi pelajarannya.
Berdasarkan permasalahan yang ada serta alternatif solusi yang digunakan, penting kiranya diadakan penelitian yang menggabungkan model group investigation dengan observasi gejala fisis serta mengkaji pengaruh model tersebut dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains.  Maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model Group Investigation Berbasis Observasi Gejala Fisis pada Pembelajaran Fisika di SMP”

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dipaparkan rumusan masalah sebagai berikut.
  1. Adakah pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap keterampilan proses siswa dalam pembelajaran fisika di SMP?
  2. Adakah pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika di SMP?

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
  1. Untuk mengkaji pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap keterampilan proses siswa dalam pembelajaran fisika di SMP.
  2. Untuk mengkaji pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika di SMP.

1.4  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut.
1.                  Bagi guru fisika, dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan dalam menemukan strategi dan model pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar fisika siswa.
2.                  Bagi peneliti lain, sebagai tambahan wacana tentang perkembangan model pembelajaran, serta sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
3.                  Bagi Program Studi Pendidikan Fisika, dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan mengajar mahasiswa, serta sebagai acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas mengajar mahasiswa.