Sabtu, 07 Juli 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan bab yang memberikan penjelasan teori yang menunjang berkaitan dengan penelitian. Pada bab ini akan dipaparkan tentang Pembelajaran Fisika , Model Pembelajaran Kooperatif tipe ( Teams Games Tournament ) TGT , Media Pembelajaran, Media Kartu Masalah,Penerapan Model ( Teams Games Tournament ) TGT dengan Metode gasing dalam pembelajaran fisika, aktivitas belajar siswa, dan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Banyak definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah sebagai berikut : Pengertian belajar secara umum adalah perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Sedang pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:4). M. Sobry Sutikno dalam bukunya menuju pendidikan bermutu (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya. (Fathurrohman dan Sobri Sutikno, 2007 :6). Pembelajaran yaitu member perhatian, menjelaskan tujuan pada siswa, merangsang ingatan, menyajikan materi perangsang, member bimbingan belajar dan menampilkan kemampuan dan meningkatkan retensi dan transfer. (Udin S,dkk.2008 : 3.44). Dari beberapa teori belajar dapat disimpulkan pengertian pembelajaran yaitu rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsure cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 1986: 28). 2.2 Pembelajaran Fisika Ilmu fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu ini mempelajari fenomena-fenomena yang berkaitan dengan alam. Fenomena alam inilah yang kemudian memungkinkan terjadinya penelitian dengan percobaan, pengukuran dan penyajian secara matematis berdasarkan peraturan-peraturan umum (Druxes, 1986:3). Fisika sendiri tidak hanya berisikan teori-teori atau rumus-rumus untuk dihafal, namun juga terdiri atas banyak konsep yang harus dibangun dalam benak siswa sendiri. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi(transfer) yang intens dan terarah menuju suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2009: 17). Menurut Dimyati dan Moedjiono (2005:157) pembelajaran merupakan proses belajar-mengajar untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang bernilai pengajaran dan pendidikan untuk memperoleh pengetahuan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka pembelajaran fisika dapat di artikan sebagai proses belajar mengajar yang di dalamnya mempelajari alam dan kejadian-kejadiannya. Hal tersebut menyangkut ilmu pengetahuan yang berupa pemahaman konsep, hukum, teori dan penerapannya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pembelajaran fisika yang baik tidak cukup hanya diajarkan melalui pembelajaran yang teoritik, tetapi perlu adanya lingkungan pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa sehingga diperlukan guru yang inovatif dan kreatif untuk menciptakan pembelajaran fisika yang efektif. 2.3 Model pembelajaran Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar Winataputra (1997:78). Selanjutnya menurut Arends (dalam Abbas, 2004:834) model pembelajaran adalah gambaran suatu pendekatan secara menyeluruh atau rencana pengajaran yang meliputi tujuan, langkah-langkah, lingkungan pembelajaran, dan sistem pengaturan. Jadi model pembelajaran ialah kerangka konseptual mengenai cara pengorganisasian pengajaran agar pemebelajaran berlangsung secara efektif. Joice dan Weil (dalam Winataputra, 1997:83) mengatakan bahwa setiap model belajar mengajar memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Sintakmatik, ialah tahap-tahap kegiatan dari model; 2. Sistem sosial, ialah situasi atau suasana, dan norma yang berlaku dalam model; 3. Prinsip reaksi, ialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru melihat dan memperlakukan para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka; 4. Sistem pendukung, ialah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model; 5. Dampak instruksional dan pengiring, dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring, ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para palajar tanpa pengarahan langsung dari pengajar. 2.4 Metode Eksperimen Metode mengajar dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil belajar siswa. Metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Metode eksperimen adalah salah satu metode mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah, 1991:80). Melalui metode ini siswa secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek, keadaan atau proses sesuatu. Metode eksperimen mempunyai beberapa tahap, namun pada hakikatnya kita mengenal adanya tiga tahap utama, yaitu : (1) merumuskan masalah, (2) melakukan percobaan diikuti observasi, (3) menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu memahami dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat dilatih berpikir ilmiah (scientific thinking). Keuntungan penggunaan metode eksperimen adalah : a. Dapat memberikan gambaran yang konkret tentang suatu peristiwa. b. Siswa dapat mengamati suatu proses. c. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri. d. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah. e. Membantu guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang lebih efektif. (Arifin, 1994:111). Metode eksperimen memiliki beberapa keterbatasan antara lain : a. Memerlukan peralatan, bahan dan sarana praktikum bagi setiap siswa atau sekelompok siswa, hal ini perlu dipenuhi, karena akan mengurangi kesempatan siswa untuk melakukan percobaan jika tidak tersedia. b. Jika percobaan memerlukan waktu yang lama, akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan laju pembelajaran. c. Kekurangpengalaman siswa maupun guru dalam melaksanakan percobaan, akan menimbulkan kesulitan tersendiri dalam melaksanakan praktikum. d. Kegagalan atau kesalahan dalam praktikum akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang. (Dimyati, 1994:78-79). 2.5 Model POE 2.5.1 Pengertian Model POE Menurut Soekamto dan Winataputra (1997:78), model adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan suatu kegiatan. Model adalah suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk memperlihatkan dalam bentuk yang sederhana sesuatu yang sukar untuk diamati (Roestiyah, 1994:60). jadi model ialah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang pedoman di dalam melakukan suatu kegiatan. Model yang dapat dipandang meningkatkan kinerja memori dalam memahami konsep fisika adalah model POE singkatan dari prediction, observation, explanation. Teknik POE, pada hakekatnya merupakan penimbul pemikiran prediksi persoalan yang dapat mendorong siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui berpikir, praktik, dan mencari penjelasannya (Suparno,2006:104). Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan POE memiliki beberapa langkah, yaitu: 1. Prediction Langkah awal pada model POE ini adalah prediction, yaitu siswa membuat dugaan tentang suatu persoalan fisika yang disajikan guru, dalam membuat dugaan siswa harus memikirkan alasan mengapa mereka membuat dugaan tersebut dan siswa diberikan kebebasan dalam menyusun dugaan beserta alasannya agar banyak gagasan dan konsep fisika yang muncul dari siswa (Suparno, 2006:103). Pada tahap ini, guru akan mengerti bagaimana konsep dan pengertian fisika siswa tentang persoalan fisika yang diajukan dan guru mengerti miskonsepsi konsep yang terjadi pada siswa. Hal ini penting bagi guru bila nantinya membantu siswa agar mempunyai konsep yang benar. 2. Observation Dalam tahap ini siswa diminta untuk melakukan observasi, dugaan dengan alasan yang mendasari dugaan tersebut harus dipraktikkan (Suparno, 2006:103), dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan apakah prediksi yang dibuat siswa benar atau tidak. Dalam langkah ini siswa melakukan eksperimen mencoba sesuai dengan yang dipikirkan 3. Explanation Selanjutnya pada tahapan ini siswa membuat penjelasan, dalam membuat penjelasan dapat terjadi bahwa dugaan siswa terjadi dalam eksperimennya, bila hal yang terjadi, maka siswa semakin yakin akan konsepnya dan tinggal merangkum yang ditemukan dan menguraikan lebih lengkap. Namun terdapat siswa yang dugaannya tidak terjadi dalam ekperimen, maka siswa dibantu untuk mencari penjelasannya mengapa dugaanya keliru dan dibantu mengubah dugaanya yang keliru menjadi benar, bila hal ini terjadi, maka siswa mengalami perubahan konsep, dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Disinilah siswa belajar dari kesalahan dan biasanya belajar dari kesalahan tidak mudah dilupakan siswa. Model POE ini efektif dalam membantu siswa menemukan konsep sendiri dengan cara proses belajar yang aktif, siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui prediksi dan dilanjutkan dengan observasi. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari dan menyesesuaikan konsep dan ide-ide baru yang mereka pelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka punya (Suparno, 2006:13). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model POE suatu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dengan cara mencoba menemukan sendiri konsep fisika yang mereka pelajari. 2.5.2 Penerapan Langkah-Langkah Model POE dalam Pembelajaran Menurut Suparno (2006:104) langkah-langkah penerapan model POE dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan Gaya yaitu: 1. menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa 2. guru mengajukan persoalan fisika 3. meminta siswa untuk membuat prediksi tentang persoalan yang diajukan guru (prediction) 4. meminta siswa melakukan observasi dari persoalan melalui percobaan pengamatan (observation) 5. meminta siswa menarik kesimpulan dari observasi dan mencocokkan dengan prediksinya 6. meminta siswa memberikan penjelasan dari observasi (explanation) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar alur langkah-langkah pembelajaran berikut ini Gambar 2.1 Alur Langkah-langkah Pembelajaran 2.5.3 Kelebihan dan Kelemahan Model POE Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran sangat diperlukan agar tidak menjadi kendala yang dapat menghambat pelaksanaan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Adapun kelebihan dari model POE ini antara lain: 1. Dengan adanya tahap prediction pada awal pembelajaran, hal ini untuk mengetahui konsep awal yang dimiliki siswa, sehingga memepermudah guru memulai penjelasan materi. 2. Seluruh siswa aktif dalam pembelajaran disebabkan semua siswa membuat prediksi yang diharapkan dengan membuat predikdsi motivasi belajar siswa meningkat. 3. Siswa melakukan eksperimen dan membuat penjelasan sehingga siswa membangun sendiri pengetahuannya yang menyebabkan materi yang dipelajari siswa melekat untuk periode waktu yang lebih lama. Kelemahan model POE adalah sebagai berikut: 1. Model ini tidak dapat diterapkan pada semua pokok bahasan fisika karena mengingat materi fisika tidak bisa dieksperimenkan didalam kelas. 2. Guru akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, hal ini terjadi karena keterbatasan alat yang dimiliki sekolah. 2.6 Motivasi ada dua macam : a. Instrinsik adalah motif-motif yang menjadikan aktif atau sesuatu yang tidak perlu dirangsang, siswa akan belajar dengan giat/rajin, aktif dalam kelas, serta lebih meningkatkan prestasinya. b. Ekstrinsik adalah motivasi yang perlu rangsangan dari luar, sama halnya ketika seseorang siswa belajar hanya karena ingin dipuji oleh gurunya dan teman sekelasnya, dan takut akan hukuman yang diberikan gurunya, sehingga ia akan belajar dalam keadaan terpaksa. Suatu dorongan yang dimilki siapa saja. c. Penjelasan Variabel yang Terkait Secara umum ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagai variabel bebasnya adalah pembelajaran konsep operasi penjumlahan dan pengurangan menggunakan media gambar untuk SD kelas I sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi dan minat belajar. 2.7 Hasil Belajar Menurut Hamalik (1990:189), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Hasil belajar siswa merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Menurut Slameto, hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu perubahan tingkah laku yang terjadi akan menyebabkan perubahan dan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada berbagai aspek yaitu: pengetahuan, pengertian/pemahaman, kebiasaaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap (Hamalik, 2008:30). Hasil belajar siswa dibagi menjadi hasil belajar yang dapat diukur dan tidak dapat diukur. 2.8 Peranan Aktivitas dalam Proses Pembelajaran Aktivitas merupakan asas yang penting dalam pembelajaran, sebab belajar sendiri merupakan suatu aktivitas. Tanpa aktivitas tak mungkin seorang siswa belajar karena dengan adanya keaktifan dalam pembelajaran maka siswa akan memahami materi yang disampaikan. Aktivitas juga akan membuat pembelajaran terpusat pada siswa karena siswa yang aktif akan berusaha mencari pengetahuannya sendiri dan tidak hanya pasif dalam menerima penjelasan dari guru. Aktivitas merupakan segala tingkah laku siswa pada saat mengikuti belajar mengajar. Aktivitas merupakan hal yang penting dalam interaksi belajar. Tanpa adanya aktivitas, kegiatan belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik dan akan memberikan hasil belajar yang kurang baik karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat sehingga setiap orang yang belajar dituntut untuk aktif. Tidak ada belajar tanpa aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 95-97) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diajarakan tentang metodelogi penelitian yang terdiri atas tempat dan waktu penelitian ,subjek penelitian ,defenisi operasional variabel,jenis penelitian ,desain penelitian , metode penngumpulan data, dan teknik analisis data. Untuk lebih jelasnya , akan diuraikan sebagai berikut. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember. Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan subyek pada penelitian ini didasarkan pada: (1) motivasi dan ketuntasan hasil belajae siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember masih rendah; (2) adanya kesediaan dan dukungan dari pihak sekolah. (3) SMP Negeri 1 Jember belum pernah menjadi tempat untuk penelitian . Definisi Operasional Variabel Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul penelitian, maka perlu diberikan penjelasan beberapa sebagai berikut : Dalam pelaksanaannya penelitian ini yaitu untuk meningkatkan motivasi dan ketuntasan belajar siswa melalui model pembelajaran POE Prediction, Observation, Explanation) Model poe disertai metode eksperimen Model POE merupakan salah satu model belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, melakukan dugaan (prediction) tentang persoalan fisika, membuat observasi (observation), serta membuat penjelasan (explanation). Penggunaan metode eksperimen pada saat kegiatan pembelajaran diharapkan sebagai penunjang pelaksanaan pembelajaran model POE. Model POE yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang menekankan penimbul pemikiran prediksi persoalan fisika yang dapat mendorong siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui berpikir, praktik, dan mencari penjelasannya. Aktivitas siswa Aktivitas belajar siswa adalah segala tingkah laku siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Namun secara operasional aktivitas siswa didefinisikan sebagai persentase perbandingan antara jumlah skor aktivitas yang diperoleh siswa dengan jumlah skor maksimum yang ada dalam lembar observasi. Aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran dengan model POE berlangsung dapat diketahui dari persentase skor keaktifan siswa. Adapun aktivitas siswa yang akan diteliti yaitu: keaktifan siswa membuat prediksi tentang masalah fisika, keaktifan siswa dalam membuat penjelasan, keaktifan siswa dalam diskusi kelas Ketuntasan hasil belajar siswa Secara operasional ketuntasan hasil belajar siswa didefinisikan sebagai persentase perbandingan antara jumlah siswa yang tuntas belajar dengan jumlah seluruh siswa yang didasarkan nilai post-test siswa kelas VII.A semester ganjil SMP Negeri 1 Jember. Adapun kriteria ketuntasan hasil belajar siswa yang digunakan yaitu sesuai dengan kebijakan guru mata pelajaran fisika SMP Negeri 1 Jember dan dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Daya serap perorangan, seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai skor ≥ 75 dari skor maksimal 100. 2. Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 75% siswa yang telah mencapai ≥ 75 dari skor maksimal 100. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2011: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terkjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini berasal dari suatu masalah pembelajaran di kelas, sehingga data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara antara peneliti, siswa dan guru mata pelajaran fisika. Peneliti bermaksud memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran POE yang disertai metode eksperimen. Dimana hasil dari penerapan model pembelajaran POE yang disertai metode eksperimen tersebut dapat dilihat dari aktivitas dan ketuntasan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. 3.5 Desain Penelitian Desain Penelitian Tindakan Kelas pada penelitian ini menggunakan siklus Hopkins, yaitu penelitian tindakan kelas dalam bentuk spiral yang terdiri dari 4 fase yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Aqib, Z. 2006:31) Keempat fase tersebut saling berhubungan dalam siklus yang berulang. Untuk lebih jelas dapat diperhatikan gambar berikut: Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan tahapan-tahapan tindakan, pertama identifikasi masalah. selanjutnya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan (aksi), observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Identifikasi Maslah Identifikasi masalah, dari hasil observasi awal dan wawancara. Observasi awal dilakukan sebelum pelaksanaan siklus untuk mengetahui kondisi belajar siswa sebelum tindakan dan sebagai upaya untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Kemudian wawancara dengan guru bidang studi, untuk mengetahui hasil belajar siswa dan metode mengajar yang digunakan selama ini oleh guru. kesiapan siswa saat menerima mata pelajaran, sarana dan sumber acuan yang digunakan dan hasil belajar siswa pada materi sebelumnya. dari hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa oleh peneliti, didapatkan suatu masalah berupa rendahnya aktivitas dan hasil belajar fisika siswa kelas VII. A SMP Negeri 1 Jember. Adanya masalah tersebut, peneliti ingin memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah kelas tersebut melalui penelitian dengan menerapkan model POE disertai metode eksperimen untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Siklus I Perencanaan Pada tahap perencanaan, kegiatan yang akan dilakukan meliputi : Menyusun silabus Menyusun rencana pembelajaran Menyusun bahan ajar Menyusun lembar kerja siswa Menyusun kisi-kisi soal tes Menyusun soal tes dan kunci jawaban Menyusun pedoman observasi dan wawancara Menyusun daftar kelompok Tindakan (aksi) Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran fisika dengan model pembelajaran POE dengan metode eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut. Kegiatan Awal Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran Guru memberikan pre test yang digunakan sebagai skor awal dalam pemberian penghargaan. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa lewat bahan bacaan, tentang materi yang akan dipelajari. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru membagi kelas secara berkelompok yang sebelumnya telah dibentuk secara heterogen. Guru membagikan LKS yang berisi langkah-langkah percobaan. Kegiatan Inti : Membimbing kelompok bekerja dan belajar. guru mengajukan persoalan fisika meminta siswa untuk membuat prediksi tentang persoalan yang diajukan guru (prediction) dan membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan membiarkan siswa merumuskan materi-materi pelajaran yang diperolehnya. meminta siswa melakukan observasi dari persoalan melalui percobaan pengamatan (observation) kemudian mendiskusikan pengetahuan barunya, dan membiarkan siswa untuk aktif bertanya. Dengan kerja kelompok diharapkan adanya diskusi dan pada akhirnya dapat memberi kesempatan lebih besar kepada siswa untuk lebih aktif. Evaluasi. Guru meminta siswa menarik kesimpulan dari observasi dan mencocokkan dengan prediksinya dan memberikan penjelasan dari observasi (explanation) Kemudian Perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dengan ketentuan setiap kelompok mempresentasikan materi yang dipelajari sedang kelompok lain dapat memberi tanggapan dan merumuskan jawaban yang benar. Setiap kelompok mengumpulkan hasil diskusinya kepada guru. Guru memberi kuis secara individual. Memberikan penghargaan. Guru memberi penghargaan bagi kelompok yang berprestasi. Observasi Pada kegiatan ini aktivitas siswa selama pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Kegiatan observasi dilakukan seiring dengan pelaksanaan tindakan, dalam hal ini peneliti dibantu oleh guru bidang studi dan dua orang observer. Kegiatan yang dilakukan observer adalah mengamati aktivitas siswa selama proses pelaksanaan tindakan berlangsung yang meliputi: bertanya, melakukan percobaan, mengerjakan LKS, melakukan diskusi dengan kelompok, presentasi hasil diskusi, dan menarik kesimpulan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Selain itu observer juga mengamati aktivitas guru. Aktivitas guru diamati untuk mengetahui apakah guru melakukan sesuai dengan langkah pembelajaran. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil observasi untuk mengetahui presentase keaktifan siswa, kemampuan psikomotorik siswa, dan aktivitas kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Refleksi Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji semua hal yang terjadi, yang sudah tercapai ataupun belum terhadap data yang ingin dicapai. Kegiatan refleksi ini dilakukan berdasarkan hasil tes dan observasi tingkat aktivitas siswa. Hasil dari refleksi ini dijadikan sebagai acuan untuk melakukan tindakan yang selanjutnya, yaitu untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan siklus selanjutnya. Siklus II Siklus II dilakukan apabila hasil-hasil yang diperoleh pada siklus 1 tidak memenuhi target pencapaian yang diinginkan. Pelaksanaan siklus II didahului dengan perbaikan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada siklus 1. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang relevan, akurat, dan sesuai dengan tujuan penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes. Observasi Menurut Arikunto (2006:156-157), observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi non sistematis dan observasi sistematis. Observasi non sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan, sedangkan observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi yang sistematis dengan pedoman instrumen pengamatan yang telah dipersiapkan agar observasi berjalan dengan lancar. Observer melakukan observasi terhadap aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, meliputi aktivitas siswa dalam: (1) bertanya, (2) melakukan percobaan, (3) mengerjakan LKS, (4) melakukan diskusi dengan kelompok, (5) presentasi hasil diskusi, dan (6) menarik kesimpulan. Selain itu, aktivitas guru diamati untuk mengetahui apakah guru melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah pembelajaran. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis, seperti buku-buku, majalah, catatan harian, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya. Objek yang menjadi perhatian penelitian dapat berupa tulisan dan kertas (paper), tempat (place), atau orang (person). Dokumentasi yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah daftar nama siswa, nilai ulangan harian, dan foto kegiatan belajar siswa kelas VII.A SMP Negeri1 Jember Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Hasil wawancara ini digunakan sebagai data pendukung dalam pembahasan. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, dimana responden atau informan akan diberi kebebasan dalam mengutarakan pendapatnya tetapi dibatasi oleh patokan-patokan yang telah disiapkan pewawancara (Arikunto, 2006:156). Wawancara dilakukan di SMP Negeri 1 Jember kepada guru bidang studi fisika baik sebelum maupun sesudah proses pembelajaran. Wawancara yang dilakukan sebelum proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dan kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan wawancara yang dilakukan setelah proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa tentang model yang telah digunakan dalam penelitian yaitu model POE ( Prediction, Observation, Explanation) diserati Metode eksperimen. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan, serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006:150). Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa post test. Post test digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa yang dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model POE disertai Metode eksperimen. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah perangkat tes yang terdiri dari kisi-kisi soal, soal, dan kunci jawaban. Teknik Analisis Data Hasil penelitian tersebut akan diperoleh data. Data yang diperoleh harus disusun dan diolah dengan menggunakan analisis data, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang didasarkan dari atas hasil tes, observasi dan wawancara. Adapun data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Teknik untuk menentukan besarnya persentase aktivitas siswa selama penerapan model POE disertai Metode eksperimen berdasarkan rumus: Keterangan : Pa : persentase keaktifan siswa nm : jumlah skor yang diperoleh siswa N : jumlah skor maksimum Kriteria aktivitas diatas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini : Persentase Aktivitas Kriteria Sangat aktif Aktif Sedang Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif (Basir, 1988:132) Teknik yang digunakan untuk menentukan besar ketuntasan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model POE disertai Metode eksperimen berdasarkan rumus: P_B=n/N×100% Keterangan : P_B = persentasi ketuntasan belajar siswa n = jumlah siswa yang tuntas belajar N = jumlah seluruh siswa

2 komentar: