BAB
1. PENDAHULUAN
Pada
bab 1 ini yaitu pendahuluan berisi tentang latar belakang diadakannya
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang
masing-masing tertuang secara eksplisit dalam subbab tersendiri. Untuk lebih
jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut.
1.1 Latar Belakang
Fisika merupakan mata
pelajaran yang memerlukan pemahaman konsep yang dititik beratkan pada proses
terbentuknya pengetahuan melalui penemuan, penyajian data secara matematis dan
berdasarkan aturan tertentu. Ilmu fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) yang bersifat empiris, artinya setiap hal yang dipelajari dalam
fisika didasarkan pada hasil pengematan tentang gejala alam dan
femnomena-fenomena yang berkaitan dengan alam. Fenomena alam inilah yang
kemudian memungkinkan terjadinya penelitian dengan percobaan, pengukuran dan
penyajian secara matematis berdasarkan peraturan umum ( Druxes, 1986:3). Fisika
merupakan salah satu cabang dari IPA, dan merupakan ilmu yang lahir dan
berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperiment, penarikan kesimpulan, serta
penemuan teori dan konsep. Hakikat fisika adalah pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori,
yang berlaku secara universal (Trianto, 2012:137). Sehingga untuk menguasai
ilmu IPA khususnya fisika tidak cukup hanya diperoleh dengan cara belajar dari
buku atau sekedar mendengarkan pelajaran dari pihak lain.
Sampai saat ini
persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan, khusunya pendidikan menengah. Hal ini
didasarkan pada hasil temuan di tahun 1999 oleh The Third Internasional Mathematics And Science Study (TIMSS)
terhadap kemampuan fisika siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia
diketahui bahwa masih rendahnya mutu pendidikan fisika siswa SMP di Indonesia
yang ditunjukkan dengan berada pada urutan ke-32 dari 38 negara peserta (Harry, 2008). Dan data dari hasil penelitian
oleh The Programme for International
Student Assesment (PISA) tahun 2006 yang menunjukkan bahwa aspek
ketrampilan sains siswa Indonesia masih rendah (OECD, 2007). Studi yang sama
tahun 2007 menempatkan prestasi sains siswa Indonesia pada urutan ke-35 dari 48
negara peserta (Adi,2013). Demikian juga hasil pendidikan fisika di Indonesia
sampai saat sekarang masih dapat dikatakan rendah hal ini tercermin dari data
PUSPENDIK, 2011/2012 mengungkap bahwa rata-rata nilai ujian nasional mata
pelajaran fisika tingkat nasional lebih rendah daripada mata pelajaran lainnya
dan menjadi bahan perhatian dari segala pihak.
Widyasari
(dalam Solahudin, 2012), menyatakan bahwa ada dua factor yang
dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri
peserta didik antara lain sikap, motivasi, minat dan kemampuan berfikir.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar disri siswa, diantaranya
adalah model pembelajaran yang digunakan, sarana kelas, dan lain-lain. Salah
satu faktor eksternal yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran
adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) didominasi oleh guru, yaitu melalui ceramah-ceramahnya, guru menyampaikan
sejumlah informasi/materi pembelajaran yang sudah disusun secara sistematis
(Gora dan Sunarto, 2012:2). Oleh karena itu, dalam pembelajarannya, guru fisika
dituntut untuk mampu berbuat lebih, mengorganisasikan pembelajaran sehingga
pada akhirnya hakekat dari pembelajaran fisika sebagai produk dan sebagai
proses dapat terwujud. Maka diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang
melibatkan adanya suatu kegiatan proses untuk menghasilkan produk tersebut.
Dalam proses
pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan
sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan intelektualnya, dan
merangsang keingintahuan serta dapat meningkatkan pengetahuan baru yang
diperolehnya, selain itu dapat meningkatkan hasil belajar dan ketrampilan
proses sains siswa (Subagyo et al, 2009:61). Ada beberapa jenis pembelajaran yang dapat
dijadikan alternatif solusi untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa,
salah satunya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
jenis pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Dimana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam mempelajari
mata pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat
saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing (Slavin, 2005:4). Salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan ketrampilan proses sains siswa
adalah model group investigation.
Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (Rahmawati, 2012)
Belajar kooperatif
dengan teknik Group Investigation (GI)
sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek
terintergrasi, yangmengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis
informasi dalam upaya untuk memcahkan suatu masalah (Slavin
dalam Rusman, 2012:213). Model pembelajaran Group Investigation
mendukung siswa bersikap ilmiah dan melatih siswa melakukan metode ilmiah.
Model pembelajaran ini mendekati langkah-langkah para ilmuwan menemukan konsep
fisika. Dengan model ini siswa diberi kesempatan untuk bersikap ilmiah dengan
mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, terbuka, tekun, dan teliti (Istikomah et al.
2010). Model group invesgation merupakan
pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya. Jadi dalam pembelajaran group investigation, selain dapat menambah wawasan siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi juga dapat melatih kreativitas
siswa untuk menemukan konsep dari investigasi yang mereka lakukan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses belajar dan hasil belajar
fisika siswa yang selama ini adanya dominasi guru atau pembelajaran yang
berpusat pada guru.
Pemahaman konsep fisika
tidak hanya hasilnya saja yang diutamakan tetapi proses mendapatkan konsep
sangat penting untuk membangun pengetahuan siswa. Siswa perlu berinteraksi
secara langsung dengan obyek-obyek yang kongkret, karena fisika bukan hanya
teori-teori saja. Maka perlu suatu basis pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas ilmiah siswa untuk menguasai konep-konsep fisika. Pembelajaran
berbasis observasi gejala fisis layak digunakan dalam pembelajaran fisika
karena sesuai dengan hakekat pembelajaran sains. Fisika merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan gejala-gejala alam, sehingga dengan
pembelajaran berbasis observasi gejala fisis sebelum melakukan investigasi
(penemuan) suatu konsep fisika melalui percobaan di laboratorium, siswa
mengobservasi secara langsung masalah yang akan dicari penyelesaiannya (Dahniar, 2006). Melalui observasi ini, para siswa
dihadapkan pada situasi kongkrit tentang gejala fisis yang memungkinkan
terjadinya pertentangan antara pemikiran siswa dengan gejala fisis yang
teramati, gejala semacam ini mengakibatkan konflik kognitif pada diri siswa.
Pada keadaan demikian maka mereka melakukan akomodasi untuk membentuk
keseimbangan antara struktur intelektual atau pengetahuan yang sudah ada dengan
pengetahuan baru (Kadim dalam Kamdi et al. 2007:117). Sehingga siswa
tidak diharuskan terpaku pada konsep yang sedang diajarkan melainkan siswa
dapat mengaitkan kosep-konseplain yang sesuai dengan materi pelajarannya.
Berdasarkan
permasalahan yang ada serta alternatif solusi yang digunakan, penting kiranya
diadakan penelitian yang menggabungkan model group investigation dengan observasi gejala fisis serta mengkaji pengaruh
model tersebut dalam meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains. Maka judul yang dipilih dalam penelitian ini
adalah “Penerapan Model Group Investigation Berbasis Observasi
Gejala Fisis pada Pembelajaran Fisika di SMP”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dipaparkan rumusan masalah sebagai berikut.
- Adakah
pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap keterampilan
proses siswa dalam pembelajaran fisika di SMP?
- Adakah
pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap hasil belajar siswa
dalam pembelajaran fisika di SMP?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
- Untuk
mengkaji pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap keterampilan
proses siswa dalam pembelajaran fisika di SMP.
- Untuk
mengkaji pengaruh Model Pembelajaran Group
Investigation berbasis observasi gejala fisis terhadap hasil belajar siswa
dalam pembelajaran fisika di SMP.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat
sebagai berikut.
1.
Bagi guru fisika, dapat dijadikan sebagai acuan dan masukan dalam menemukan strategi
dan model pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar fisika siswa.
2.
Bagi peneliti lain, sebagai tambahan wacana tentang perkembangan
model pembelajaran, serta sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih
lanjut.
3.
Bagi
Program Studi Pendidikan Fisika, dapat digunakan untuk melatih dan
mengembangkan keterampilan mengajar mahasiswa, serta sebagai acuan dalam
membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas mengajar mahasiswa.