Sabtu, 07 Juli 2012
padattt
MAKALAH
BENTUK PITA DALAM SEMIKONDUKTOR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendahuluan Fisika Zat Padat
Oleh :
Erik Luki Ikhtiardi 080210192033
Syitaul Umaha 090210102003
Dinicen Viclara 090210102026
Tri Mardiyanti 090210102039
Hasanatul Ulum 090210102061
Retno Palupi Kusuma W. 090210102071
Verawati Eka 090210102083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan konduktor. Disebut semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang bukan konduktor murni. Semikonduktor, umumnya diklasifikasikan berdasarkan harga resistivitas listriknya pada suhu kamar, yakni dalam rentang 10-2-109 Ωcm. Sebuah semikonduktor akan bersifat sebagai isolator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur ruang akan bersifat sebagai konduktor.
Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktivitasnya dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut doping). Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda, transistor dan IC (integrated circuit). Semikonduktor sangat luas pemakainnya, terutama sejak ditemukannya transistor pada akhir tahun 1940-an. Oleh karena itu semikonduktor dipelajari secara intensif dalam fisika zat padat. Namun dalam makalah ini hanya dibahas sifat fisis dasar semikonduktor saja.
Dalam menyajikan sifat fisis dasar semikonduktor, makalah ini membahas rapat elektron dan hole, yaitu bentuk pita dalam semikonduktor. Bahan semikonduktor yang banyak dikenal contohnya adalah silikon (Si), ermanium (Ge) dan Galium Arsenida (GaAs). Germanium dahulu adalah bahan satu-satunya yang dikenal untuk membuat komponen semikonduktor. Namun belakangan, Silikon menjadi popular setelah ditemukan cara mengekstrak bahan ini dari alam. Silikon merupakan bahan terbanyak ke-dua yang ada dibumi setelah oksigen (O2). Pasir, kaca dan batu-batuan lain adalah bahan alam yang banyak mengandung unsur silikon.
Rumusan Masalah
Bagaimana klasifikasi dari kristal semikonduktor?
Bagaimanakah struktur pita semikonduktor?
Bagaimana mengukur celah energi (Eg) dari pita dalam semikonduktor?
Bagaimana persamaan gerak elektron dalam pita energi pada kristal semikonduktor?
Bagaimanakah massa efektif elektron/hole pada semikonduktor ?
Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari kristal semikonduktor.
Mahasiswa dapat mengetahui struktur pita semikonduktor.
Mahasiswa dapat mengukur celah energi (Eg) dari pita dalam semikonduktor.
Mahasiswa dapat mengetahui persamaan gerak elektron dalam pita energi pada kristal semikonduktor.
Mahasiswa dapat mengetahui massa efektif elektron/hole pada semikonduktor
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Semikonduktor
Bahan semi konduktor adalah bahan yang daya hantar listriknya antara konduktor dan isolator. Atom-atom bahan semi konduktor membentuk kristal dengan struktur tetrahedral, dengan ikatan kovalen. Bahan semi konduktor yang banyak dipakai dalam elektkronika adalah silikon (Si) dan Germanium (Ge). Pada 0 K SI mempunyai lebar pita terlarang (energy gap) 0,785 eV, sedang untuk Ge 1,21 eV. Berdasar murni atau tidaknya, bahan semikonduktor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu semikonduktor intrinsik dan semikonduktor ekstrinsik.
2.1.1 Semikonduktor Intrinsik
Kristal semikonduktor germanium intrinsik terdiri dari atom silikon. yang termasuk dalam kelompok IV pada susunan berkala. Tiap atom silikon mempunyai empat buah elektron valensi. Atom silikon menempati kisi kisi dalam kristal. Semikonduktor intrinsik aliran listrik disebabkan oleh gerakkan elektron intrinsik dan lubang intrinsik. Konsentrasi elektron dan lubang intrinsik bergantung pada bahan dan suhu. Elektron valensi pada germanium lebih mudah tereksitai termik menjadi elektron bebas dari pada elektron valensi pada atom silikon. Ini berhubungan dengan adanya pita pita energi untuk elektron didalam kristal semikonduktor. Dalam atom bebas elektron hanya dpat mempunyai nilai energi tertentu saja.
Dikatakan elektron hanya dapat berada pada tingkat energi tertentu. Dalam kristal semikonduktor oleh karena atom atom terletak berdekatan didalam susunan yang berkala, maka elektron dapat berada pada pita pita energi. Oleh adanya prinsip Pauli yang menyatakan bahwa tiap keadan orbital atom hanya dapat berisi dua buah elektron saja, maka untuk semikonduktor pita pita enrgi yang bawah akan terisi penuh hingga suatu pita energi tertentu. Oleh karena setiap atom mempunyai empat buah elektron valensi, maka ada satu pita energi yang terisi penuh dan pita energi berikutnya kosong.
Semikonduktor intrinsik merupakan semikonduktor yang terdiri atas satu unsur saja, misalnya Si saja atau Ge saja. Pada kristal semikonduktor Si, 1 atom Si yang memiliki 4 elektron valensi berikatan dengan 4 atom Si lainnya, perhatikan gambar 1.
Pada kristal semikonduktor instrinsik Si, sel primitifnya berbentuk kubus. Ikatan yang terjadi antar atom Si yang berdekatan adalah ikatan kovalen. Hal ini disebabkan karena adanya pemakaian 1 buah elektron bersama (■(→@←) ) oleh dua atom Si yang berdekatan.
Menurut tori pita energi, pada T = 0 K pita valensi semikonduktor terisi penuh elektron, sedangkan pita konduksi kosong. Kedua pita tersebut dipisahkan oleh celah energi kecil, yakni dalam rentang 0,18 - 3,7 eV. Pada suhu kamar Si dan Ge masing-masing memiliki celah energi 1,11 eV dan 0,66 eV.
Bila mendapat cukup energi, misalnya berasal dari energi panas, elektron dapat melepaskan diri dari ikatan kovalen dan tereksitasi menyebrangi celah energi. Elektron valensi pada atom Ge lebih mudah tereksitasi menjadi elektron bebas daripada elektron valensi pada atom Si, karena celah energi Si lebih besar dari pada celah energi Ge. Elektron ini bebas bergerak diantara atom. Sedangkan tempat kekosongan elektron disebut hole.
Dengan demikian dasar pita konduksi dihuni oleh elektron, dan puncak pita valensi dihuni hole. Sekarang, kedua pita terisi sebagian, dan dapat menimbulkan arus netto bila dikenakan medan listrik.
2.1.2 Semikonduktor Ekstrinsik
Semikonduktor yang telah terkotori (tidak murni lagi) oleh atom dari jenis lainnya dinamakan semikonduktor ekstrinsik. Proses penambahan atom pengotor pada semikonduktor murni disebut pengotoran (doping). Dengan menambahkan atom pengotor (impurities), struktur pita dan resistivitasnya akan berubah.
Ketidakmurnian dalam semikonduktor dapat menyumbangkan elektron maupun hole dalam pita energi. Dengan demikian, konsentrasi elektron dapat menjadi tidak sama dengan konsentrasi hole, namun masing-masing bergantung pada konsentrasi dan jenis bahan ketidakmurnian.
Dalam aplikasi terkadang hanya diperlukan bahan dengan pembawa muatan elektron saja, atau hole saja. Hal ini dilakukan dengan doping ketidakmurnian ke dalam semikonduktor. Terdapat tiga jenis semikonduktor ekstrinsik yaitu semikonduktor tipe-n, dan semikonduktor tipe-p.
Semikonduktor Ekstrinsik Tipe-n
Semikonduktor dengan konsentrasi elektron lebih besar dibandingkan konsentrasi hole disebut semikonduktor ekstrinsik tipe-n. Semikonduktor tipe-n menggunakan semikoduktor intrinsik dengan menambahkan atom donor yang berasal dari kelompok V pada susunan berkala, misalnya Ar (arsenic), Sb (Antimony), phosphorus (P). Atom campuran ini akan menempati lokasi atom intrinsik didalam kisi kristal semikonduktor.
Gambar 2. Atom pengotor untuk menghasilkan semikonduktor ekstrinsik tipe-n
Konsentrasi elektron pada Si dan Ge dapat dinaikkan dengan proses doping unsur valensi 5. Sisa satu elektron akan menjadi elektron bebas, jika mendapatkan energi yang relatif kecil saja (disebut sebagai energi ionisasi). Elektron ini akan menambah konsentrasi elektron pada pita konduksi. Elektron yang meninggalkan atom pengotor yang menjadi ion disebut dengan elektron ekstrinsik. Keberadan impuriti donor digambarkan dengan keadaan diskrit pada energi gap pada posisi didekat pita konduksi.
Penambahan atom donor telah menambah level energi pada pita konduksi yang berada diatas energi gap sehingga mempermudah elektron untuk menyebrang ke pita konduksi. Pada suhu kamar sebagian besar atom donor terionisasi dan elektronnya tereksitasi ke dalam pita konduksi. Sehingga jumlah elektron bebas (elektron intrinsik dan elektron ekstrinsik) pada semikonduktor tipen jauh lebih besar dari pada jumlah hole (hole intrinsik). Oleh sebab itu, elektron di dalam semikonduktor tipe-n disebut pembawa muatan mayoritas, dan hole disebut sebagai pembawa muatan minoritas.
Semikonduktor Ekstrinsik Tipe-p
Semikonduktor tipe-p, dimana konsentrasi lubang lebih tinggi dibandingkan elektron, dapat diperoleh dengan menambahkan atom akseptor. Pada Si dan Ge, atomnya aseptor adalah unsur bervalensi tiga (kelompok III pada susunan berkala) misalnya B (boron), Al (alumunium), atau Ga (galium).
Karena unsur tersebut hanya memiliki tiga elektron valensi, maka terdapat satu kekosongan untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom induknya. Atom tersebut akan mengikat elektron dari pita velensi yang berpindah ke pita konduksi. Dengan penangkapan sebuah electron tersebut, atom akseptor akan menjadi ion negatip. Atom akseptor akan menempati keadaan energi dalam energi gap di dekat pita valensi.
Pada semikonduktor tipe-p, atom dari golongan III dalam system periodik unsur misalnya Ga, dibubuhkan kedalam kristal semikonduktor intrinsik. Oleh karena galium termasuk golangan III dalam sistem periodic unsur, atom Ga memiliki tiga buah elektron valensi. Akibatnya, dalam berikatan dengan atom silikon di dalam kristal, Ga memerlukan satu elektron lagi untuk berpasangan dengan atom Si. Oleh sebab itu atom Ga mudah menangkap elektron, sehingga disebut akseptor. Jika ini terjadi atom akseptor menjadi kelebihan elektron sehingga menjadi bermuatan negatif.
Dalam hal ini dikatakan atom akseptor terionkan. Ion akseptor ini mempunyai muatan tak bebas, oleh karena tak bergerak dibawah medan listrik luar. Ion Si yang elektronnya ditangkap oleh atom akseptor terbentuk menjadi lubang, yang disebut lubang ekstrinsik. Jelaslah bahwa pada semikonduktor tipe-p, lubang merupakan pembawa muatan yang utama, sehingga disebut pembawa muatan mayoritas. Disini elektron bebas merupakan pembawa muatan minoritas.
2.2 Struktur Pita Semikonduktor
Dalam bahan semikonduktor intrinsik dari elektron valensi dapat melompat ke pita energi lebih atas, sehingga elektron dalam pita ini dapat berlaku sebagai elektron konduksi. Selain semikonduktor intrinsik kita mengenal juga semikonduktor ekstrinsik yang mekanisme konduksinya timbul karena ada atom asing. Tingkat energi atom asing ini memungkinkan timbulnya electron konduksi atau kekosongan yang dapat berlaku sebagai partikel bermuatan positif yang dapat menghantar muatan listrik .
Dalam semikonduktor dikenal adanya konduksi listrik oleh lubang atau kekosongan. Konduksi ini terjadi karena kekosongan elektron pada suatu ataom dapat berpindah ke atom tetangganya, sehingga kekosongan ini dapat dirambatkan dari satu atom ke atom lainnya. Dengan perkataan lain keadaan pita kosong pada pita penuh karena elektronnya pindah ke tingkat energi lain dapat berlaku sebagai partikel bermuatan positif yang dapat menghantarkan listrik.
Untuk penentuan celah energi Eg pada semikonduktor dapat menggunakan efek hall yaitu dengan mengukur koefesien hall sebagai fungsi suhu. Jika bahan semikonduktor diberi suhu yang tinggi, maka eksitasi termal menghasilkan elektron bebas yang berjumlah besar dari pita valensi, dan pembawa-pembawa intrinsik berperan dominan pada suhu tinggi tersebut. Daerah suhu ini disebut daerah intrinsik. Jika sekarang suhu diturunkan konsentrasi elektron bebas juga akan menurun, dan pada titik tertentu hanya elektron donor yang masih tertinggal dalam pita konduksi.
Selama suhu masih terletak dalam daerah cukup tinggi sehingga elektron donor masih tereksitasi ke dalam pita konduksi, maka konsentrasi pembawa akan bertahan konstan terhadap perubahan suhu, dan daerah ini disebut daerah aus (exhausion). Penurunan suhu lebih lanjut akan menyebabkan peralihan kembali dari sebagian elektron donor kepada tingkat energi donor. Daerah ini disebut daerah tak-murnian, dan konsentrasi pembawa menurun dengan cepat bila suhu diturunkan.
2.3 Celah Energi Pada Sebuah Pita Dalam Semikonduktor
Sifat konduktivitas dan konsentrasi ditentukan oleh factor E_g/(K_B T) celah energi dengan temperatur. Ketika perbandingan ini besar, konsentrasi sifat instrinsik akan rendah dan konduktivitasnya juga akan rendah. Nilai terbaik dari celah energi diperoleh dari penyerapan optik. Celah energi (Eg) merupakan selisih antara energi terendah pada pita konduksi (Ek) dengan energi tertinggi pada pita valensi ( Ev) . Atau secara matematis dapat ditulis:
Untuk mengukur besarnya celah energi (Eg) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penerapan langsung dan penyerapan tidak langsung.
Penyerapan Langsung
Pada teknik penyerapan langsung, kristal semikonduktor yang akan diukur celah energinya dijatuhi foton monokromatik dengan energi mulai dari yang kecil sampai yang besar sedemikian rupa sehingga terjadi penyerapan foton oleh kristal, seperti ditunjukkan pada bagan dalam Gambar di bawah.
Bagan. Teknik Penyerapan Langsung
Apabila foton monokromatik yang datang pada kristal semikonduktor masih diteruskan oleh kristal itu, atau dengan kata lain foton itu masih ditangkap (diditeksi) oleh detektor, maka berarti penyerapan foton oleh kristal belum terjadi. Selanjutnya, jika energi foton itu kita perbesar sedikit demi sedikit sehingga mulai ada foton yang tidak ditangkap oleh ditektor, maka berarti pada saat ini penyerapan foton oleh kristal mulai terjadi. Jika energi foton itu terus kita perbesar, maka penyerapan akan terus berlangsung.
Pada teknik penyerapan langsung, nilai energi foton yang menyebabkan mulai terjadinya penyerapan foton oleh kristal adalah sama dengan nilai energi celah dari kristal semikonduktor itu. Proses itu dapat kita lukiskan dalam grafik penyerapan sebagai fungsi energi foton, seperti ditunjukkan pada Gambar.
Pada saat mulai terjadi penyerapan foton oleh kristal berarti elektron-elektron pada pita velensi mulai memperoleh energi yang cukup untuk meloncati celah energi (Eg), sehingga pada saat ini timbul hole (lubang) di pita valensi dan elektron konduksi di pita konduksi.
Oleh karena itu, pada saat tepat pada saat mulai terjadi penyerapan, energi foton yang diserap kristal (elektron) adalah tepat sama dengan nilai celah energi dari kristal semikonduktor tersebut atau dapat dikatakan besarnya celah energi (Eg) sama dengan besarnya energi foton (gelombang elektromagnetik).
Sehingga secara matematis dapat dituliskan :
Dimana :
ω merupakan frekuensi anguler dari foton (gelombang elektromagnetik).
Eg=E merupakan energi celah (energi gap).
Penyerapan Tidak Langsung
Proses pengukuran Eg dengan teknik penyerapan tak langsung baik bagan maupun prosesnya pada prinsipnya adalah sama dengan proses pengukuran celah energi dengan teknik penyerapan langsung. Tetapi ada sedikit perbedaan, Pada teknik penyerapan tak langsung di samping melibatkan elektron dan hole juga melibatkan partikel lain yaitu fonon. Pada teknik ini, selain foton, fonon mungkin diserap oleh kristal atau timbul di dalam kristal. Sehingga pada proses ini kita akan memperoleh tiga partikel, yaitu elektron konduksi , hole, dan fonon. Kurva penyerapan sebagai fungsi energi untuk teknik penyerapan tak langsung dapat dilihat pada Gambar.
Gambar. Penentuan Celah Energi Dengan Penyerapan Tidak Langsung
Pada kurva penyerapan tidak langsung diatas diperoleh bahwa elektron mengabsorpsi foton sekaligus fonon. Proses ini memenuhi hukum kekekalan energi. Sehingga selain energi foton (partikel dalam gelombang elektromagnetik) terdapat juga fonon (partikel dalam gelombang elastik) yang dipancarkan maupun diserap, sehingga secara matematis dapat ditulis :
Dimana tanda ± menunjukan bahwa dalam proses penyerapan tidak langsung ini keberadaan fonon ada yang dipancarkan (+) atau diserap (-).
2.4 Persamaan Gerak Elektron Pada Suatu Pita Energi Dalam Semikonduktor
Sekarang kita akan menentukan persamaan gerak untuk sebuah elektron dalam pita energi. Kecepatan kelompok untuk beberapa fungsi gelombang dengan vektor gelombang k adalah :
Dengan ω merupakan frekuensi sudut. Jika frekuensi sudut ini dihubungkan dengan energi dari fungsi gelombang ∈ adalah ω= ϵ/ℏ . Dengan mensubstitusi ω= ϵ/ℏ kedalam persamaan untuk kecepatan grup maka akan diperoleh:
Pengaruh kristal di dalam gerak electron diberikan dalam hubungan disperse ϵ (k). Usaha yang dilakukan oleh medan listrik pada elektron adalah :
Pada saat belajar Matematika Fisika, kita mengetahui bahwa δϵ dapat ditulis dalam bentuk
Dengan mensubstitusi persamaan 5) ke persamaan 6), maka kita mendapatkan
Dengan membandingkan persamaan 6) dan persamaan 8) maka
Maka
Persamaan 9) diatas merupakan persamaan untuk gaya listrik yang dialami
oleh elektron karena berada dalam medan listrik ϵ . Akhirnya diperoleh:
Inilah persamaan gerak elektron dalam pita energy.
Massa Efektif
Merupakan Massa efektif elektron yang berada dalam pita energi ketika mengalami gaya atau percepatan. Besarnya massa efektif elektron ditentukan dari persamaan gerak elektron pada suatu pita energi dalam semikonduktor. Adapun langkah-langkah menentukan besarnya massa efektif adalah sebagai berikut.
Dari persamaan sebelumnya yaitu dari persamaan elektron pada suatu pita energi dalam semikonduktor, kita tahu bahwa perumusan untuk kecepatan
elektron adalah
(10)
Jika kita mendiferensialkan persamaan (5) terhadap waktu, kita akan peroleh :
atau (11)
Kita dapat mengaitkan dengan gaya listrik yang bekerja pada sebuah elektron bebas sebagai berikut. Usaha yang dilakukan pada sebuah elektron oleh medan listrik dalam selang waktu adalah :
. (12)
Dimana dE adalah usaha, F = vektor gaya listrik yang bekerja pada elektron dan adalah vektor perpindahan dalam selang waktu dt. Gaya listrik biasa ditulis sebagai berikut :
(13)
Dimana e adalah muatan listrik elektron, dan adalah medan listrik, sehingga persamaan diatas menjadi :
(14)
Tetapi adalah sama dengan hasil kali antara kecepatan kelompok dengan selang waktu . Jadi usaha yang dilakukan pada elektron tersebut adalah :
(15)
Kita ketahui bahwa dan dari persamaan (10) kita ketahui bahwa sehingga persamaan (15) diperoleh :
(16)
Karena persamaan (15) sama dengan persamaan (16), maka dapat dipahami bahwa :
atau (17)
Kemudian jika subtitusikan persamaan (17) ke persamaan (11) maka didapat hasil sebagai berikut :
atau (18)
Karena F = gaya dan sama dengan percepatan. Maka berdasarkan hukum II newton yaitu : atau sehingga
Nilai m tersebut didefinisikan sebagai massa efektif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Semikonduktor merupakan bahan dengan konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan konduktor. Disebut semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang bukan konduktor murni.
2. Berdasar murni atau tidaknya, bahan semikonduktor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu semikonduktor intrinsik dan semikonduktor ekstrinsik.
3. Dalam bahan semikonduktor intrinsik dari elektron valensi dapat melompat ke pita energi lebih atas, sehingga elektron dalam pita ini dapat berlaku sebagai elektron konduksi. Selain semikonduktor intrinsik kita mengenal juga semikonduktor ekstrinsik yang mekanisme konduksinya timbul karena ada atom asing. Tingkat energi atom asing ini memungkinkan timbulnya electron konduksi atau kekosongan yang dapat berlaku sebagai partikel bermuatan positif yang dapat menghantar muatan listrik .
4. Celah energi dapat diukur dengan persamaan :
Eg = Ek – Ev
5. Persamaan pita energi dalam semikonduktor :
6. Massa efektif elektron pada semikonduktor dapat dirumuskan :
DAFTAR PUSTAKA
Kittel, C.1976. Introduction to Solid State Physics.USA.John wiley & Sons.
Parno, Drs. 2002. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Sutrisno. 1986. Elektronika Teori Dan Penerapannya. Bandung: ITB.
Wiendartun. Diktat Fisika Zat Padat I. UPI Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fisika sebagai bagian dari sains mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan teknologi. Belajar fisika pada hakikatnya belajar konsep dan saling keterkaitan antara konsep tersebut (sebab dan akibat) dapat diterima. Konsep tersebut bersifat abstrak dan dalam pemahamannya memerlukan kemampuan gambaran mental yang kuat. Kemampuan mengabtraksikan sesuatu dan keterlibatan gambaran mental dalam menyerap pengetahuan yang bersifat fisis dan logika matematis cenderung bersifat individual (tidak semua orang sama), untuk itu dalam belajar fisika tidak semua individu mampu mengatasi masalah yang sama atau dengan alasan inilah fisika dikatakan sulit.
IPA merupakan salah satu mata pelajran yang diberikan di SMP. Salah satu sub pelajaran IPA di SMP adalah Fisika. Fakta menunjukkan bahwa hasil belajar bidang studi Fisika berdasarkan observasi dan wawancara denga guru fisika di SMP Negeri 1 Jember. Observasi itu memaparkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII.A masih rendah, kurang dari kriteria ketuntasan minimum (KKM). Siswa dikatakan tuntas apabila telah memperoleh nilai ≥ 70. Dari data itu, dapat dideskripsikan bahwa hasil analisis data observasi awal terhadap kelas VII.A yang terdiri dari 42 siswa, diketahui sebanyak 17 siswa (40%) dinyatakan tuntas belajar yakni mendapat nilai ≥ 70 dan 25 siswa (60%) dinyatakan tidak tuntas yakni mendapatkan nilai < 70. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa ditentukan oleh berbagai factor antara lain pola pendekatan pengajaran.
Siswa beranggapan bahwa belajar adalah kegiatan yang melelahkan dan membosankan. Anggapan ini akan lebih parah apabila guru sebagai pendidik kurang menarik dalam menyampaikan pembelajaran. Kita sering kali mendengar murid yang tidak tertarik mengikuti pelajaran karena merasa bosan dan mengantuk. Sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan. Yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik menyenangkan dan menarik minat serta perhatian murid.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu metode yang banyak digunakan dewasa ini adalah menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif. Diketahui berdasarkan observasi bahwa 5% siswa aktif bertanya, 46% mencatat pelajaran, 43% mendengarkan penjelasan guru, dan 6% siswa menjawab pertanyaan guru. (Sumber : SMP Negeri 1 Jember tahun ajaran 2011/2012). Padahal Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang memiliki konsep dan saling keterkaitan antara konsep tersebut (sebab dan akibat) dapat diterima. Konsep tersebut bersifat abstrak dan dalam pemahamannya memerlukan kemampuan gambaran yang kuat, oleh karena itu diperlukan metode pengajaran yang lain.
Rendahnya ketuntasan hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember disebabkan oleh beberapa faktor. Siswa menganggap fisika adalah pelajaran yang sulit. Dalam proses pembelajarannya, siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep dari materi itu. Metode pembelajaran fisika yang digunakan guru kurang menarik bagi siswa, guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat fisika yang meliputi proses, produk, dan sikap ilmiah. pembelajaran fisika tidak harus lagi mengarah kepada pembelajaran yang bersifat instruksional, yaitu pembelajaran yang hanya dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan biasanya terpusat pada guru, tetapi harus mengarah kepada pembelajaran yang bersifat transaksional, yaitu pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa secara aktif, sehingga pembelajaran tidak hanya berasal dari guru tetapi juga berasal dari siswa.
Oleh sebab itu, diperlukan alternatis solusi suatu model pembelajaran inovatif, untuk meanggulangi permasalahan tersebut, sehingga meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada setiap peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah. kegiatan pembelajaran di sekolah salah satunya adalah pengelolaan kelas yang kondusif. Dalam proses belajar mengajar yang efektif, meliputi tujuan, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat atau seluruh perlengkapan yang dibutuhkan di kelas tersebut.
Metode eksperimen mempunyai banyak kelebihan untuk penmgajaran IPA dan juga sesuai hakekat Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu proses dan produk. Eksperimen dapat mencakup aktivitas sederhana sampai aktivitas yang amat kompleks. Dilihat dari Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, eksperimen sederhana memiliki arti penting, karena cara memecahkan maslah lebih mudah diadaptasikan pada situasi sehari-hari. Metode eksperiemn terdiri dari bebrapa tahap: 1) melakuakn observasi, 2) merumuskan maslah, 3) menyusun hipotesis, 4) melakukan eksperimen, dan 5) menarik kesimpulan. Kondisi yang demikian berarti eksperimen sangat konduktif dalam upaya peningkatan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar fisika. Suatu model alternatif yang efektif dan efisien untuk memitivasi siswa agar lebih aktif salah satunya adalah dengan penerapan model prediction, observation, explanation (POE).
Prediction, Observation, Explanation (POE). Model POE merupakan salah satu model belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, membantu siswa membentuk pengetahuannya pertama-tama melalui indera. Dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, dan merasakan tentang sesuatu masalah, yaitu melakukan dugaan (prediction) tentang persoalan fisika, membuat observasi (observation), serta membuat penjelasan (explanation). Bila dilihat dari prosesnya, model POE ini membiarkan siswa aktif berpikir sebelumnya tentang suatu persoalan fisika, lalu dipraktikan dan dijelaskan dengan diskusi, sehingga diharapkan konsep fisika mudah diterima siswa (Suparno,2006:102).
Berdasarkan uraian di atas, kiranya perlu dikembangkan suatu tindakan yang dapat meningkatkan motivasi dan ketuntasan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran POE yang disertai metode eksperimen. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model POE (Prediction, Observation, Explanation) Disertai Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Motivasi dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember.”
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan maka permaslahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran model POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember?
Bagaimana peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember?
Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah:
Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember selama proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran model pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen.
Meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII.A SMP Negeri 5 Jember setelah proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen.
Manfaat Penelitian
Besar harapan peneliti untuk ikut bersama-sama dengan praktisi pendidikan memperbaiki kualitas dari hasi pendidikan di Negara kita oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan diantaranya yakni:
Bagi guru fisika, hasil penelitaian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan alternatif dalam menentukan strategi belajar mengajar demi tercapainya kualitas mengajar sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat.
Bagi lembaga/ sekolah, dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan sekolah yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pengembangan kurikulum.
Bagi peneliti: pelaksanaan penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan penalaran, wawasan pengetahuan maupun pengalaman sesuai dengan disiplin ilmu yang selanjutnya disumbangkan demi perkemabangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.
Bagi pembaca, sebagai bahan informasi mengenai dunia pendidikan beserta pengembangannya dan sebagai literatur dalam melaksanakan penelitian selanjutnya yang lebih luas.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah : SMP Bintang Jaya
Kelas/ semester : IX/ 2
Mata Pelajaran : IPA FISIKA
A. Standar Kompetensi
5. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya.
B. Kompetensi dasar
5.1 Mendeskripsikan karakteristik sistem tata surya
C. Indicator
1. Kognitif
a. Kognitif Produk
1. Mendeskripsikan orbit planet mengitari matahari berdasarkan model tata surya.
2. Menjelaskan pengertian asteroid.
3. Menjelaskan pengertian komet.
b. Kognitif Proses
1. Membedakan rotasi dan revolusi planet.
2. Menjelaskan karakteristik komet.
3. Membedakan meteor dan meteorit.
2. Psikomotor
Menyebutkan contoh asteroid dalam tata surya.
3. Afektif
a. Mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi : berpikir kreatif, teliti dan bertanggung jawab.
b. Mengembangkan keterampilan social meliputi : bertanya, berpendapat, menyumbangkan ide, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi, dan bekerjasama.
D. Tujuan pembelajaran
1. Kognitif
a. Kognitif Produk
1. Dengan bahan ajar siswa dapat mendeskripsikan orbit planet mengitari matahari berdasarkan model tata surya.
2. Dengan bahan ajar siswa dapat menjelaskan pengertian asteroid.
3. Dengan bahan ajar siswa dapat Menjelaskan pengertian komet.
b. Kognitif Proses
1. Dengan bahan ajar siswa dapat Membedakan rotasi dan revolusi planet..
2. Dengan bahan ajar siswa dapat Menjelaskan karakteristik komet.
3. Dengan diskusi dan tanya jawab siswa dapat membedakan meteor dan meteorit.
2. Psikomotor
Siswa dapat menyebutkan contoh asteroid dalam tata surya.
3. Afektif
a. Siswa dapat mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi berpikir kreatif, teliti dan tanggung jawab.
b. Siswa dapat mengembangkan keterampilan social meliputi : bertanya, berpendapat, menyumbangkan ide, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dan bekerjasama.
E. Materi
Anggota Tata Surya
F. Model dan metode pembelajaran
Model Pembelajaran : - Direct Instruction (DI)
- Cooperative Learning
Metode Pembelajaran : Diskusi kelompok,Eksperimen,Observasi,Ceramah.
G. Kegiatan
a. Pendahuluan
• Motivasi dan Apersepsi:
Dapatkah kita mengamati meteor secara langsung?
Mengapa ekor komet selalu menjauhi matahari?
• Prasyarat pengetahuan:
Apakah yang dimaksud dengan meteor?
Apakah yang dimaksud dengan komet?
b. Kegiatan Inti
• Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa laki-laki dan perempuan yang berbeda kemampuannya.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) mendiskusikan karakteristik anggota tata surya.
• Guru membagi tugas kelompok:
1 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik satelit.
1 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik asteroid.
1 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik komet.
1 kelompok diberi tugas untuk menjelaskan karakteristik meteroid.
• Setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelompok yang lain.
• Guru menanggapi hasil diskusi kelompok peserta didik dan memberikan informasi yang sebenarnya.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai karakteristik anggota tata surya.
c. Kegiatan Penutup
• Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.
• Peserta didik (dibimbing oleh guru) berdiskusi untuk membuat rangkuman.
• Guru memberikan tugas rumah berupa latihan soal.
E. Sumber Belajar
a. Buku IPA
b. Buku referensi yang relevan
c. Lingkungan
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Teknik Penilaian:
Tes tertulis
Penugasan
b. Bentuk Instrumen:
Tes PG
Tes uraian
Tes isian
Tugas rumah
c. Contoh Instrumen:
- Contoh tes PG
Anggota tata surya yang memiliki orbit paling lonjong adalah ....
a. asteroid c. komet
b. planet d. meteroid
- Contoh tes isian
Posisi planet pada orbit yang jaraknya paling jauh ke matahari dinamakan ....
- Contoh tes uraian
Mengapa planet-planet dapat beredar mengelilingi matahari?
- Contoh tugas rumah
Buatlah artikel yang memuat deskripsi karakteristik sebuah planet.
...............,......................
Mengetahui
Kepala SMP Guru Mata Pelajaran
......................... ..............................
NIP. NIP.
Lampiran 1.
KELOMPOK : ………………
NAMA :…………………. …………………
Diskusikan !
Bagaimana karakteristik anggota tata surya?
jelaskan karakteristik dari
- satelit.
- asteroid.
- komet.
- meteroid.
LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF
NO
NAMA KELOMPOK ASPEK YANG DINILAI/ DITINGKATKAN DALAM ANALISIS KASUS DAN SOAL DALAM LKS
Ketepatan hasil Kerapian jawaban
1 1 2 3 1 2 3
2
3
4
FORMAT RUBRIK PENILAIAN KELOMPOK
Kategori Tingkatan
1 2 3
Ketepatan hasil Jawaban benar 100% Jawaban benar 75% Jawaban benar 50%
Kerapian jawaban Jawaban disertai dengan jawaban yang lengkap Kurang lengkap dalam jawaban Ktidak lengkapnya jawaban
kriteria skor:
5-6 : istimewa 3-4 : baik 1-2 : kurang
LEMBAR PENILAIAN SIKAP
NO NAMA SISWA ASPEK YANG DINILAI
Bertanya berpendapat Sopan santun, ramah dalam berpendapat atau menerima pendapat JUMLAH SKOR
1 1 2 3 1 2 3 1 2 3
2
3
4
5
6
7
8
9
10
FORMAT RUBRIK PENGAMATAN SIKAP
Kategori
Tingkatan
1 2 3
Bertanya Mengajukan pertanyaan yang bagus dan sangat terkait Mengajukan pertanyaan yang bagus dan kurang terkait Mengajukan pertanyaan yang gtidak terkait
Berpendapat Berpendapat dengan baik dan sangat terkait Berpendapat dengan baik dan kurang terkait Berpendapat dengan tidak baik dan tidak terkait
Sopan santun serta ramah dalam berpendapat atau menerima pendapat Sangat sopan dan ramah dalam berpendapat dan menerima pendapat Cukup sopan dan ramah dalam berpendapat dan menerima pendapat Kurang sopan dan ramah dalam berpendapat dan menerima pendapat
Kategori skor:
7-9 : istimewa
5-6 : baik
3-4 : kurang
Langganan:
Postingan (Atom)