Sabtu, 07 Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Fisika sebagai bagian dari sains mempunyai peranan yang besar dalam perkembangan teknologi. Belajar fisika pada hakikatnya belajar konsep dan saling keterkaitan antara konsep tersebut (sebab dan akibat) dapat diterima. Konsep tersebut bersifat abstrak dan dalam pemahamannya memerlukan kemampuan gambaran mental yang kuat. Kemampuan mengabtraksikan sesuatu dan keterlibatan gambaran mental dalam menyerap pengetahuan yang bersifat fisis dan logika matematis cenderung bersifat individual (tidak semua orang sama), untuk itu dalam belajar fisika tidak semua individu mampu mengatasi masalah yang sama atau dengan alasan inilah fisika dikatakan sulit. IPA merupakan salah satu mata pelajran yang diberikan di SMP. Salah satu sub pelajaran IPA di SMP adalah Fisika. Fakta menunjukkan bahwa hasil belajar bidang studi Fisika berdasarkan observasi dan wawancara denga guru fisika di SMP Negeri 1 Jember. Observasi itu memaparkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII.A masih rendah, kurang dari kriteria ketuntasan minimum (KKM). Siswa dikatakan tuntas apabila telah memperoleh nilai ≥ 70. Dari data itu, dapat dideskripsikan bahwa hasil analisis data observasi awal terhadap kelas VII.A yang terdiri dari 42 siswa, diketahui sebanyak 17 siswa (40%) dinyatakan tuntas belajar yakni mendapat nilai ≥ 70 dan 25 siswa (60%) dinyatakan tidak tuntas yakni mendapatkan nilai < 70. Penyebab rendahnya hasil belajar siswa ditentukan oleh berbagai factor antara lain pola pendekatan pengajaran. Siswa beranggapan bahwa belajar adalah kegiatan yang melelahkan dan membosankan. Anggapan ini akan lebih parah apabila guru sebagai pendidik kurang menarik dalam menyampaikan pembelajaran. Kita sering kali mendengar murid yang tidak tertarik mengikuti pelajaran karena merasa bosan dan mengantuk. Sebenarnya tidak ada pelajaran yang membosankan. Yang benar adalah guru yang membosankan karena tidak mengerti cara menyajikan materi dengan benar, baik menyenangkan dan menarik minat serta perhatian murid. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu metode yang banyak digunakan dewasa ini adalah menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif. Diketahui berdasarkan observasi bahwa 5% siswa aktif bertanya, 46% mencatat pelajaran, 43% mendengarkan penjelasan guru, dan 6% siswa menjawab pertanyaan guru. (Sumber : SMP Negeri 1 Jember tahun ajaran 2011/2012). Padahal Fisika sebagai cabang ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu yang memiliki konsep dan saling keterkaitan antara konsep tersebut (sebab dan akibat) dapat diterima. Konsep tersebut bersifat abstrak dan dalam pemahamannya memerlukan kemampuan gambaran yang kuat, oleh karena itu diperlukan metode pengajaran yang lain. Rendahnya ketuntasan hasil belajar dan aktivitas siswa di kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember disebabkan oleh beberapa faktor. Siswa menganggap fisika adalah pelajaran yang sulit. Dalam proses pembelajarannya, siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep dari materi itu. Metode pembelajaran fisika yang digunakan guru kurang menarik bagi siswa, guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat fisika yang meliputi proses, produk, dan sikap ilmiah. pembelajaran fisika tidak harus lagi mengarah kepada pembelajaran yang bersifat instruksional, yaitu pembelajaran yang hanya dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan biasanya terpusat pada guru, tetapi harus mengarah kepada pembelajaran yang bersifat transaksional, yaitu pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa secara aktif, sehingga pembelajaran tidak hanya berasal dari guru tetapi juga berasal dari siswa. Oleh sebab itu, diperlukan alternatis solusi suatu model pembelajaran inovatif, untuk meanggulangi permasalahan tersebut, sehingga meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada setiap peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah. kegiatan pembelajaran di sekolah salah satunya adalah pengelolaan kelas yang kondusif. Dalam proses belajar mengajar yang efektif, meliputi tujuan, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan alat atau seluruh perlengkapan yang dibutuhkan di kelas tersebut. Metode eksperimen mempunyai banyak kelebihan untuk penmgajaran IPA dan juga sesuai hakekat Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu proses dan produk. Eksperimen dapat mencakup aktivitas sederhana sampai aktivitas yang amat kompleks. Dilihat dari Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, eksperimen sederhana memiliki arti penting, karena cara memecahkan maslah lebih mudah diadaptasikan pada situasi sehari-hari. Metode eksperiemn terdiri dari bebrapa tahap: 1) melakuakn observasi, 2) merumuskan maslah, 3) menyusun hipotesis, 4) melakukan eksperimen, dan 5) menarik kesimpulan. Kondisi yang demikian berarti eksperimen sangat konduktif dalam upaya peningkatan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar fisika. Suatu model alternatif yang efektif dan efisien untuk memitivasi siswa agar lebih aktif salah satunya adalah dengan penerapan model prediction, observation, explanation (POE). Prediction, Observation, Explanation (POE). Model POE merupakan salah satu model belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, membantu siswa membentuk pengetahuannya pertama-tama melalui indera. Dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, dan merasakan tentang sesuatu masalah, yaitu melakukan dugaan (prediction) tentang persoalan fisika, membuat observasi (observation), serta membuat penjelasan (explanation). Bila dilihat dari prosesnya, model POE ini membiarkan siswa aktif berpikir sebelumnya tentang suatu persoalan fisika, lalu dipraktikan dan dijelaskan dengan diskusi, sehingga diharapkan konsep fisika mudah diterima siswa (Suparno,2006:102). Berdasarkan uraian di atas, kiranya perlu dikembangkan suatu tindakan yang dapat meningkatkan motivasi dan ketuntasan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran POE yang disertai metode eksperimen. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model POE (Prediction, Observation, Explanation) Disertai Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Motivasi dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika di Kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember.” Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan maka permaslahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran model POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember? Bagaimana peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa setelah kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember? Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah: Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII.A SMP Negeri 1 Jember selama proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran model pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen. Meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa kelas VII.A SMP Negeri 5 Jember setelah proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation) disertai metode eksperimen. Manfaat Penelitian Besar harapan peneliti untuk ikut bersama-sama dengan praktisi pendidikan memperbaiki kualitas dari hasi pendidikan di Negara kita oleh karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dimanfaatkan diantaranya yakni: Bagi guru fisika, hasil penelitaian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan alternatif dalam menentukan strategi belajar mengajar demi tercapainya kualitas mengajar sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat. Bagi lembaga/ sekolah, dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan sekolah yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Bagi peneliti: pelaksanaan penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan penalaran, wawasan pengetahuan maupun pengalaman sesuai dengan disiplin ilmu yang selanjutnya disumbangkan demi perkemabangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi mengenai dunia pendidikan beserta pengembangannya dan sebagai literatur dalam melaksanakan penelitian selanjutnya yang lebih luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar